“PELET
BETTENG”
Oleh
SARITO BKI/3A
A.
Profi
Parit Semangat Baru
Parit
Semangat Baru merupakan kampung yang ada di Kalimantan Barat tepatnya di
Kabupaten Kubu Raya Kecamatan Kuala Mandor B Desa Kubu Padi. Parit semangat
baru terletak di Desa Kubu Padi di Kubu Padi banyak sekali beragam suku
diantaranya Madura, Bugis dan Dayak Ahe. Parit Semangat Baru berbatasan dengan
Parit Bugis yang semuanya beragama Islam dan Parit Babatang yang semuanya
beragama Kriten. Parit Semangat Baru dibagi menjadi dua yaitu Parit Semangat
Baru Darat dan Parit Semangat Baru Bawah masing-masing mempunyai RT dan RW. RT.03/RW03
ada di Parit Semangat Baru Darat dan
RT02/RW02 di Parit Semangat Baru Bawah. Yang menjadi objek penelitian disini
ialah di Parit Semangat Baru Darat RT.03/RW.03.
B.
Pengetian
Pelet Betteng
Istilah Pelet Betteng ini merupakan tradisi lokal
yang ada di salah satu daerah di Provinsi Kalimantan Barat. Pelet Betteng
dari Bahasa Madura Pelet artinya Memijit / Mengurut sadangkan Betteng
artinya Bengkak jadi Pelet Betteng adalah memijit / mengurut perut wanita yang
sedang bengkak (hamil). yang biasa di sebut dengan tujuh bulanan wanita yang
hamil anak pertama, didalam tradisi ini ada beberapa ritual. Ritual itu di
yakini dapat mempengaruhi kelancaran kehamilan wanita tersebut. Ritual dalam
dalam pelet betteng ini biasanya dilakukan dengan tiga tahap yaitu :
1.
Pembacaan
Ayat Suci Al-Qur’an
Pembacaan
ayat-ayat suci Al-Qur’an yang memang sudah ditentukan diantaranya, Surah Yasin,
As-Sajadah, Al-Mulk, Waqi’ah, Al-Buruj, Al-Kahfi, Yusuf dan Surah Maryam. Di
antara surah yang dibaca ada hal yang diyakini diantarnya misalanya Surah Yusuf
dan Surah Maryam yang diyakini dengan membacakan surah tersebut maka bayi yang
ada didalam perut ibu yang sedang mengandung dapat menyerupai Nabi Yusuf dan Siti
Maryam yang didalam sejarah Islam dikenal, Nabi Yusuf dengan keimanan dan kegantengannya,
sedangkan Siti Maryam dikenal dengan ketakwaan nya kepada Allah dan wanita yang
tidak pernah di jamah orang laki-laki dan dengan izin Allah ia hamil tanpa
suami serta kecantikannya acara itu biasanya dipimpin oleh seorang Ustad.
Ritual ini biasanya
dilaksanakan pada pagi hari sekitar pukul 07 : 00. Dalam ritual ini disediakan
bubur yang disimpan didepan orang yang membaca Al-Qur’an yang kemudian bubur
tersebut disebut bubur selamat kemudian diberikan kepada sepasang suami istri
tersebut. Dan bukan hanya itu disamping ada bubur juga ada yang disediakan air
yang di berikan beragam bunga, setelah pembacaan Al-Qur’an selesai semua yang
hadir dalam ritual itu meniup air tersebut. Yang hadir dalam ritual itu adalah
orang-orang terpilih yang bisa membaca Al-Qur’an seperti ustadz, santri dan
tokoh agama lainnya. Setelah ritual ini selesai tuan rumah memberikan amplok,
rokok dan berkat (nasi lengkap dengan kuenya).
2.
Pemandian
Sepasang Suami Istri
Setelah ritual pembacaan
ayat suci Al-Qur’an selesai, kemudian dilanjutkan dengan ritual pemandian
pasangan suami istri yang akan mempunyai anak pertama dan ritual ini dipimpin
oleh seorang Dukun Beranak yang mengatasi kehamilannya. Didalam ritual pemandian ini air yang sudah dibacakan
ayat-ayat suci Al-Qur’an tadi dituangkan kedalam wadah yang besar kemudian
ditambah dengan air yang lain setelah itu air tersebut dimandikan kepada
ksepasang suami istri tersebut. Dalam proses pemandian itu banyak sekali
disediakan bahan khusus seperti kelapa kuning, parang, ayam kampung dan telur
ayam kampung. Sang suami memangku sang istri dan sang istri memangku ayam kemudian
dimandikan oleh seorang dukun beranak dan orang-orang yang hadir di saat ritual
itu. Setelah mandi selesai sang istri melepaskan ayam yang dipangkuanya
kemudian berjalan kedepan sambil menginjak telur yang memang sudah disediakan
dan sang suami membelah kelapa yang sudah disediakan tadinya, yang diyakini
jika kelapa itu terbelah ditengah berarti kepala anaknya kelak akan bagus dan
sebaliknya kemudian sang istri menginjak telur yang tadinya sudah disediakan.
3.
Pembacaan
Tahlil
Ritual ini
dilakukan ketika ritual baca suarah pilihan didalam Al-qur’an dan ritual
pemandian sepasang suami istri sudah selesai. Ritual ini dilakukan bersama
masyarakat setempat yang di undang dan ini juga dipimpin oleh seorang tokoh
agama atau ustadz. Biasanya tahlil ini dilaksanakan ba’da dzuhur berbeda dengan
riual lainnya itu, ini disebabkan karena seandainya pagi masyarakat disana
banyak kerja noreh dan selesai pada pukul 10 : 00, sangat tdak mungkin sekali
masyarakat di undang pada pagi bersamaan dengan ritual mandi tersebut, maka
solusinya masyarakat disana diundang ba’da zduhur.
Tradisi itu tidak ada dalilnya didalam Al-Qur’an dan Al-Hadist,
mungkin saja ini merupakan sisa-sisa tradisi yang sebelum Islam masuk kewilayah
Kalimantan Barat, didalam sejarah masuknya Islam ke Indonesia, Islam masuk
dengan cara damai bukan melalui kekerasan. Mungkin saja sebelum Islam datang
ritual seperti itu memang sudah ada, tetapi setelah Islam datang ritual itu
tidak serta merta langsung dihapus dari kebiasaan yang sudah ada, tetapi Islam memolesnya
dengan pembacaan Al-Qur’an yang asalnya mungkin hanya bacaan-bacaan yang bukan Islam.
Sehingga masyarakat Indonesia dengan mudah memeluk Agama Islam karena ia merasa
Agama Islam sama dengan agama yang mereka anut.
Pelet Betteng
ini ada disebuah desa terpencil yaitu di Desa Kubu Padi Kec. Kuala Mandor B Kab.
Kubu Raya Kota Pontianak Provinsi Kalimantan Barat tepatnya di Parit Semangat
Baru. Parit Semangat Baru bertenggaan dengan Parit Bugis (Mayoritas Orang
Bugis) dan Babatang (orang Dayak Ahe). Trsadisi itu sudah menjadi tradisi yang
terus-menerus dilakukan di Desa Kubu Padi yang menganut Agama Islam, di Desa
itu tidak semuanya menganut Agama Islam sebagian kecil menganut Agama Kriten
Katolik dan Protestan. Namun yang menjadi penelitian kami tentang Pelet Betteng
ini hanya di Parit Semangat Baru. Saya mencoba bertanya kepada salah satu ustad
disana yaitu Ustad Syamsul Arifin, beliau dari kampung sebelah yaitu Parit Suka
Sari dan menikah dengan wanita di Parit Semangat Baru kemudian kemudian beliau menetap
di Parit Semangat Baru.
Saya bertanya “Ustad, mengapa harus ada acara Pelet Betteng
/ tujuh bulanan ketika wanita hamil anak pertama, apakah ada dalail yang
memperkuat didalam Al-Qur’an dan Al-Hadist dan semenjak kapan Pelet Betteng
itu ada” beliau menjawab “ sebenarnya tidak ada dalil yang memperkuat tentang
ritual itu, tapi Iman Al-Ghazali berkata :
تَرْ بِيَّةُ اْلاَوْلَدِ قَبْلَ الْوِلَدَة وَتَرْ بِيَّةُ اْلاَوْلَدِ
بَعْدَاْلوِ لَدَة
“Didikan anak sebelum lahir dan didikan anak setelah lahir”
Didikan anak sebelum lahir, anak dididik melalaui lantunan ayat
suci Al-Qur’an yang ada didalam Ritual Pelet Betteng / tujuh bulanan, yang
diyakini akan mensugesti anak yang ada didalam kandungan ibunya dan dididikan
anak setelah lahir yaitu dengan menyekolahkannya, memondokan dan masih banyak
lagi cara selain itu, dan masalah sejak kapan ada acara itu saya jug tidak tau
persis tapi yang jelas acara itu sudah ada sebelum saya lahir dan mungkin
ketika saya ada didalam kandungan ibu juga dilakukan acara Pelet Batteng
ini kebetulan saya juga anak pertama ” jawabnya. ( Sabtu 09 Nov 2013, 17 : 09 ).
Setelah wawancara itu selesai saya mendatangi salah satu ustad yang
ada di desa itu, yaitu Ustadz Ainul Hasan. Dan jawabanya tidak jauh bedah
dengan dengan Ustadz Syamsul Arifin.
Dengan
pernyataan demikian sudah dapat kita
beranggapan bahwa ternyata banyak sekali tradisi lokal yang
dipoles dengan ajaran Islam seperti yang saya contohkan di atas namun yang
jelas ritual ini tidak ada dalil yang memperkuat baik dari Al-Qur’an maupun
Al-Hadist itu hanya berdasarkan pendapat Imam Al-Ghazali yang telah dipaparkan
diatas. Ini berdasarkan proses islam masuk ke Kalimantan Barat yang konon
katanya sangat mudah di terima oleh masyarakat Kalimantan Barat khususnya
karena masyarakat merasa Islam sama dengan agama mereka sebelumnya, seperti kita
ketahui islam adalah rahmat bagi seluruh alam, Otomatis,
Islam tidak hanya memberikan kebaikan kepada umat Islam, tetapi kepada seluruh
manusia, termasuk juga alam semesta.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar