Nama :
Sarito
Nim :
1123200003
Jur/Pro :
Dakwah/BKI
Sem/Kelas : III/A
ISRA MI’RAJ NABI MUHAMMAD SAW
Agama Islam
adalah agama yang sangat banyak memilki sejarah dan peristiwa, itu disebabkan
Agama Islam tidak langsung ada seperti skarang ini tetapi melalui proses yang
sangat panjang. Di antara peristiwa dan sejarah islam, hijrahnya rasulullah
dari mekkah ke madinah, malid nabi muhammad dan Isra Mi’raj. Namun diantara peristiwa dan sejarah
itu tidaklah mungkin saya akan membahasnya, yang akan dijadikan pembahasan
saya disini ialah Isra’ Mi’raj Nabi Muhammad SAW.
Sekilas saya akan paparkan, Isra merupakan perjalanan Nabi Muhammad SAW
dari Masjidil Haram di Mekah ke Mesjidil Aqsha di Jerusalem. Kemudian
bermi'raj menuju langit ketujuh dan Sidratulmuntaha, arasy (takhta Tuhan),
dan kursi (singgasana Tuhan), hingga menerima wahyu di hadirat Allah SWT.
Perjalanan ini mengandung perintah mendirikan shalat lima waktu sehari dan
semalam. Isra mi'raj terjadi pada 27 Rajab, setahun sebelum Nabi SAW hijrah
ke Madinah.
Peristiwa ini juga menunjukkan
betapa pentingnya peranan masjid bagi kehidupan umat Islam. Ia merupakan
tempat berangkat sekaligus tempat lepas landas bagi kebangkitan umat. Di
masjid itulah umat Islam memulai segala aktivitasnya sekaligus menata
kehidupan, seperti dilakukan dengan cemerlang oleh Rasulullah. ''Hanyalah
yang memakmurkan masjid-masjid Allah ialah orang-orang yang beriman
kepada-Nya dan hari kemudian, serta tetap mendirikan shalat, menunaikan
zakat, dan tidak takut (kepada siapa pun) selain kepada Allah.'' (QS 9:18).
Sedangkan shalat yang merupakan perintah langsung dari Allah kepada Nabi ialah suatu bentuk komunikasi antara manusia dan Tuhan secara beriman serta meminta pertolongan kepada-Nya. Dengan demikian, seperti dituturkan oleh sejarawan Islam Mesir, Mohammad Husain Haekal: shalat bukan sekadar rukuk dan sujud, tanpa mengisi jiwa dan hati sanubari dengan iman. Jadi, shalat merupakan suatu ibadah yang harus dilakukan dengan ikhlas, demi Tuhan Cahaya Langit dan Bumi.
Orang mukmin yang beriman ialah yang menghadapkan seluruh kalbunya kepada
Allah ketika ia sedang shalat, disaksikan oleh rasa takwa kepada-Nya, serta
mencari pertolongan Allah dalam menunaikan kewajiban hidupnya. Ia mencari
petunjuk, memohonkan taufik Allah dalam memahami rahasia dan hukum alam ini.
Orang mukmin yang benar-benar beriman kepada Allah di tengah ia shalat selalu
akan merasa, dirinya adalah sesuatu yang kecil berhadapan dengan kebesaran
Allah Yang Maha Agung. Shalat juga merupakan salah satu bentuk kesamaan
manusia di hadapan Allah, tanpa membedakan status sosial mereka. Kesamaan di
hadapan Tuhan ini, akan menuju pada persaudaraan yang sebenarnya. Sebab,
semua orang dapat merasakan bahwa mereka sebenarnya bersaudara dalam
beribadah kepada Allah dan hanya kepada-Nya mereka beribadah
Persaudaraan demikian ini didasarkan kepada saling penghargaan yang
sehat, renungan serta pandangan yang bebas seperti dianjurkan Alquran. Adakah
kebebasan, persaudaraan, dan persamaan yang lebih besar selain umat ini di
hadapan Allah? Semua menundukkan kepala kepada-Nya, bertakbir, rukuk, dan
bersujud. Tiada perbedaan antara satu dan yang lain semua mengharapkan
pengampunan, bertobat, dan mengharapkan pertolongan. Tak ada perantara mereka
ke Tuhan kecuali amalnya yang saleh, dan menjauhkan diri dari segala bentuk
kejahatan. Dalam situasi sekarang ini, persaudaraan yang demikian dapat
membersihkan hati dari segala noda materi, dan menjamin kebahagiaan manusia
agar dalam hidup ini kita tidak tergelincir ke jurang dosa. Begitu pentingnya
nilai shalat hingga ia dapat mencegah manusia dari perilaku keji dan munkar,
seperti difirmankan Allah.
|
Tidak ada komentar:
Posting Komentar