Selamat Datang Di Website Education Update Semoga Bermamfaat

Minggu, 27 Maret 2022

KARENA WANITA INGIN MEMILIH


Sepanjang sejarah sebelum datangnya islam perempuan kerap kali mengalami penderitaan. mereka diperjual belikan layaknya hewan dan barang. mereka diwariskan, di paksa untuk menikah dan bahkan dipaksa untuk melacurkan diri. mereka bisa mudah dimiliki dan sangat sulit untuk memiliki,mereka tidak berhak memilih, tapi gampang dipilah-pilih. mereka tidak punya hak untuk menyuarakan pendapat dalam berbagai hal termasuk dalam menentukan pasangan.

Setelah cahaya islam bersinar dan menyinari gelapnya maya pada kehidupan, semua bentuk diskriminasi terhadap perempuan terpelanting dari bumi peradaban. namun, meski demikian didaerah-daerah tertentu masih ditemukan pengekangan terhadap hak-hak perempuan khususnya dalam menentukan pasangan hidup yang kelak akan menjadi imam bagi mereka dan anak-anak mereka. Banyak wanita yang mengalami kawin paksa, kadang perkawinan itu terjadi saat mereka  baru atau bahkan belum menginjak usia dewasa, usia yang seharusnya menjadi masa untuk menggali dan memperdalam ilmu pengetahuan. akhirnya harapan mereka untuk memiliki wawasan yang lebih luas terpatahkan oleh perkawinan yang belum mereka harapkan. perkawinan itupun kadang jauh dari aroma kebahagiaan yang mereka inginkan.

Sejatinya wanita juga ingin memilih dan memilah pasangan hidup. Dalam hal ini sebetulnya tidak ada larangan dalam islam, wanita boleh menentukan pasangannya jika mereka benar-benar yakin akan keshalihan agama dan akhlak sang idaman. Mereka tidak dilarang dan tidak terlarang untuk menyampaikan maksud hatinya untuk dinikahi sang pujaan hati. sah-sah saja mereka meng-khitbah duluan dengan harapan ingin berlomba-lomba dalam kebaikan. takut sang lentara jiwa keburu jadi pelita wanita yang lain. namun masalahnya adalah sifat malu wanita yang lebih dominan. sehingga jarang sekali wanita yang berani atau sekedar memberanikan diri untuk mengatupkan   kedua bibirnya seraya mengejawantahkan getar dan gejolak hati dalam bentuk kata-kata.

Sekarang, coba kita buka kembali sejarah perkawinan Nabi Muhammad SAW. Dan sayidatina khadijah, bukankah Khadijah yang mengkhitbah duluan,  setelah ia mendengar dan membuktikan kejujuran nabi lewat pembantunya, Maisaroh, saat berdagang ke Syam?  Dia tidak malu meski saat itu ia sudah berumur 40 tahun sedang nabi baru berumur 25 tahun,  coba bayangkan pertauatan umur di antra mereka?. namun karena dasar saling suka, saling cinta tampa paksa, keduanya langgeng,  bahagia menahkodai bahtera rumah tangga yang saat itu banyak  gelombang  ombak ancaman dari kaum Quraisy yang ada. dan Nabipun tak pernah memadu Khadijah sampai Khadijah wafat dengan menorehkan lukisan didinding sejarah Islam sebagai Wanita yang pertama kali beriman dan penyokong perjuangan Nabi dalam menyebar luaskan ajaran islam .

Perlu  diingat!, walau Wanita punya kebebasan dalam  memilih pasangan. namun, janganlah terjebak dalam lubang tikus kebebasan yang timbul dari lupa akan kodrat dirinya sebagai muslimah (khususnya), yang lemah-lembut, sopan-santun serta tidak terkesan murahan. sifat inilah yang jarang sekali ditemukan dalam sosok pribadi Wanita sekarang.

Perempuan memang punya hak yang besar dalam menentukan langkah hidup dan gerak social. tapi haruslah hati-hati dalam mengartikan kebebasan, disana ada norma agama dan norma adat yang harus tetap dijadikan pedoman,karena berpasangan (menikah:red) bukan hanya menyatukan dua insan yang sedang kasmaran atau mempertemukan dua hati yang saling bertautan, tapi juga menyatukan dua keluarga besar antara keluarga si lelaki dan dan si wanita yang mungkin sebelumnya tidak pernah saling kenal. disinilah perlunya bermusyawaroh ikhtiar dan tawakal.nasihat keluarga khususnya kedua orang tua tidak boleh dikesampingkan. disamping orang tua sudah lebih berpengalaman, jarang sekali orang tua bahkan tidak ada yang ingin menghanyutkan anaknya   dalam deras ombak laut kesengsaraan hidup  yang berkepanjangan. Dan setelah semua terasa matang barulah istikharah untuk mendapatkan keyakinan atas apa yang kita rencanakan. perlu ditekankan, bahwa istikharoh merupakan salah satu langkah tawakal setelah berikhtiyar secara maksimal,

Karena dengan istikharoh berarti menyerahkan segala urusan pada Allah  untuk mendapatkan rahmat dan ridha-Nnya dalam memantapkan dan menetapkan pilihan. Dan ini pernah di contohkan oleh Siti Zainab kala ia lepas dari masa ‘iddah setelah ditinggal syahid oleh suminya, saat itu Rosulullah hendak memperistrinya dengan mengutus zaid sebagai penyampai lamaran beliau. namun zainab tidak langsung menerima lamaran beliau dengan  berkata “aku tidak bisa berbuat apa-apa sebelum aku melakukan istikharoh untuk mendapat petunjuk-Nya”. Untuk kedua kalinya, coba pembaca (akhwat) bayangkan, andai saja Zainab itu adalah pembaca (akhwat),mungkin lamaran nabi langsung akhwat terima tampa banyak pikir lagi. secara manusiawi wanita beriman manakah yang tidak mau menjadi istri nabi. manusia yang paling mulya, yang dima’sum semua dosanya andai beliau berbuat dosa. Namun, tidak dengan zainab, Ia ingin memilih dan pilihannya ia pasrahkan kepada Allah, karena ia yakin pilihan Allah adalah yang terbaik baginya, meski secara naluri ia sudah yakin pula bahwa nabi Muhammad adalah imam yang bisa dengan baik memimpinnya. Dengan sifat tawakal inilah Zainab pantas hidup bersama nabi hingga akhir hayatnya ia tercatat sebagai istri yang penuh pengertian dan kesetiaan.

        Ingat,  menentukan pilihan hidup tidaklah semudah menentukan menu makanan yang tinggal pesan, disana  perlu ketelitian, kesabaran dan kehati-hatian. jangan asal pilih dan asal menerima lamaran. karena yang kita pandang baik belum tentu baik pula dalam pandangan-Nya.

        Terakhir, diharapkan setelah membaca artikel sedarhana ini  akan lahir dan muncul Khadijah-Khadijah  dan Zinab-zainab baru yang mampu memilih dan dipilih atas dasar cinta dan saling suka karena Allah, hingga jika mereka kelak terpaksa harus berpisah, itupun juga karena allah.  Wallahu A’lam.


Sabtu, 26 Maret 2022

Twibosn Ramadhan Kren 2022


Twibown menjadi kebutuhan setiap momen hari besar islam disini kami menyediakan silahkan di nikmati untuk teman teman di link dibawah ini.

Twibown Ramadhan 2022


Silahkan klik link di atas dan masukan gambar terbaik anda. semoga bermamfaat

Jumat, 21 Desember 2018

PENYESUAIAN DIRI PADA REMAJA



PENYESUAIAN DIRI PADA REMAJA

OLEH
SARITO


Manusia tidak dilahirkan dalam keadaan telah mampu menyesuaikan diri, maka penyesuaian diri terhadap lingkungan hidup, pertumbuhan dan perkembangan memerlukan proses yamg cukup unik. Penyesuaian diri dapat diartikan adaptasi, konformitas, penguasaan, dan kematangan emosional. Proses penyesuaian diri yang tertuju pada pencapaian keharmonisan antara faktor internal dan eksternal anak sering menimbulkan konflik, tekanan, frustasi, dan berbagai macam perilaku untuk membebaskan diri dari ketegangan.
Kondisi fisik, mental, dan emosional dipengaruhi dan diarahkan oleh faktor-faktor lingkungan di mana kemungkinan akan berkembang proses penyesuaian yang baik atau salah. Selain faktor lingkungan, faktor psikologis, kematangan, kondisi fisik, dan kebudayaan juga mempengaruhi proses penyesuaian diri.

Kata Kunci : Remaja, Sekolah, Penyesuaian dan Sosial


A.    Pendahuluan
Makna akhir dari hasil pendidikan seseorang individu terletak pada sejauh mana hal yang telah dipelajari dapat membantunya dalam menyesuaikan diri dengan kebutuhan-kebutuhan hidupnya dan pada tuntutan masyarakat. Berdasarkan pengalaman-pengalaman yang didapat di sekolah dan di luar sekolah ia memiliki sejumlah pengetahuan, kecakapan, minat-minat, dan sikap-sikap. Dengan pengalaman-pengalaman itu ia secara berkesinambungan dibentuk menjadi seorang pribadi seperti apa yang dia miliki sekarang dan menjadi seorang pribadi tertentu di masa mendatang.
Seseorang tidak dilahirkan dalam keadaan telah mampu menyesuaikan diri atau tidak mampu menyesuaikan diri. Kondisi fisik, mental dan emosional dipengaruhi dan diarahkan oleh faktor-faktor lingkungan dimana kemungkinan akan berkembang proses penyesuaian yang baik atau yang salah. Sejak lahir sampai meninggal seorang individu merupakan organisme yang aktif.Ia aktif dengan tujuan dan aktifitas yang berkesinambungan. Ia berusaha untuk memuaskan kebutuhan-kebutuhan jasmaninya dan juga semua dorongan yang memberi peluang kepadanya untuk berfungsi sebagai anggota kelompoknya.
Penyesuaian diri adalah suatu proses. Dan salah satu ciri pokok dari kepribadian yang sehat mentalnya adalah memiliki kemampuan untuk mengadakan penyesuaian diri secara harmonis, baik terhadap diri sendiri maupun terhadap lingkungannya. Untuk lebih jelasnya marilah kita tinjau secara lebih rinci pengertian dan proses penyesuaian diri, karakteristik penyesuaian diri remaja dan faktor-faktor yang mempengaruhi proses penyesuaian diri.
B.     Penyesuaian Diri Remaja
Pada mulanya penyesuaian diri diartikan sama dengan adaptasi (adaptation), padahal adaptasi ini pada umumnya lebih mengarah pada penyesuaian diri dalam arti fisik, fisiologis, atau biologis. Misalnya, seseorang yang pindah tempat dari daerah panas ke daerah dingin harus beradaptasi dengan iklim yang berlaku di daerah dingin tersebut.
Aspek-aspek penyesuaian diri yaitu penyesuaian pribadi dan sosial. Penyesuaian pribadi adalah kemampuan individu untuk menerima dirinya sendiri sehingga tercapai hubungan yang harmonis antara dirinya dengan lingkungan sekitarnya. Ia menyadari sepenuhnya siapa dirinya sebenarnya, apa kelebihan dan kekurangannya dan mampu bertindak obyektif sesuai dengan kondisi dirinya tersebut.
Sedangkan penyesuaian sosial adalah  penyesuaian sosial terjadi dalam lingkup hubungan sosial tempat individu hidup dan berinteraksi dengan orang lain. Hubungan-hubungan tersebut mencakup hubungan dengan masyarakat di sekitar tempat tinggalnya, keluarga, sekolah, teman atau masyarakat luas secara umum. Dalam hal ini individu dan masyarakat sebenarnya sama-sama memberikan dampak bagi komunitas. Individu menyerap berbagai informasi, budaya dan adat istiadat yang ada, sementara  komunitas (masyarakat) diperkaya oleh eksistensi atau karya yang diberikan oleh sang individu.
Penyesuaian diri lebih bersifat suatu proses sepanjang hayat (life long), dan manusia terus-menerus berupaya menemukan dan mengatsi tekanan dan tantangan hidup guna mencapai pribadi yang sehat.
Respon penyesuaian, baik atau buruk, secara sederhana dapat dipandang sebagai suatu upaya individu untuk mereduksi atau menjauhi ketegangan dan untuk memelihara kondisi-kondisi keseimbangan yang lebih wajar. Penyesuaian adalah sebagai suatu proses ke arah hubungan yang harmonis antara tuntutan internal dan tuntutan eksternal. Dalam proses penyesuaian diri dapat saja muncul konflik, tekanan, dan frustasi, membebaskan diri dari ketegangan.
Individu dikatakan berhasil dalam melakukan penyesuaian diri apabila ia dapat memenuhi kebutuhannyadengan cara-cara yang wajar atau apabila dapat diterima oleh lingkungan tanpa merugikan atau mengganggu lingkungannya.
Dalam melakukan penyesuaian diri secara positif, individu akan melakukannya dalam berbagai bentuk yaitu penyesuaian menghadapi masalah secara langsung, penyesuaian dengan melakukan eksplorasi (penjelajahan), penyesuaian dengan trial dan error atau coba-coba, penyesuaian dengan substitusi (mencari pengganti), penyesuaian diri dengan menggali kemampuan diri, penyesuaian dengan belajar, penyesuaian dengan inhibisi dan pengendalian diri dan penyesuaian dengan perencanaan yang cermat.
Ada tiga bentuk reaksi dalam penyesuaian diri yang salah, yaitu:
1.    Reaksi Bertahan (Defence Reaction). Individu berusaha untuk mempertahankan dirinya, seolah-olah tidak menghadapi kegagalan.
2.    Reaksi Menyerang (Aggressive Reaction). Reaksi-reaksinya tampak pada perilaku:
a)  Selalu membenarkan diri,
b)  Mau berkuasa dalam setiap situasi,
c)  Mau memiliki segalanya, dan yang lainnya.
3.    Reaksi Melarikan Diri (Escape Reaction). Orang yang mempunyai penyesuaian diri yang salah akan melarikan diri dari situasi yang menimbulkan kegagalannya, reaksinya tampak dalam tingkah laku seperti berfantasi, banyak tidur, minum-minuman keras, bunuh diri,  menjadi pecandu ganja, narkotika, dan regresi.
C.    Faktor- Faktor yang Mempengaruhi Proses Penyesuaian Diri
Ada 4 faktor yang mempengaruhi proses penyesuaian diri yaitu kondisi jasmaniah, perkembangan kemanatangan, lingkungan dan kultur agama.
·      Kondisi jasmaniah merupakan kondisi primer yang penting bagi proses penyesuaian diri (sistem saraf, kelenjar otot). Beberapa penelitian menunjukkan bahwa gangguan-gangguan dalam sistem syaraf, kelenjar dan otot menimbulkan gejala-gejala gangguan mental, tingkah laku dan kepribadian. Kondisi sistem tubuh yang baik merupakan syarat bagi tercapainya proses penyesuaian diri yang baik. Kualitas penyesuaian diri yang baik hanya dapat diperoleh dan dipelihara dalam kondisi kesehatan jasmaniah yang baik pula.
·      Sesuai dengan hukum perkembangan, tingkat kematangan yang dicapai berbeda – beda antara individu yang satu dengan yang lainnya, sehingga pencapaian pola – pola penyesuaian diri pun berbeda pula secara individual. Pola penyesuaian diri akan bervariasi sesuai dengan tingkat perkembangan dan kematangan yang dicapainya. Kondisi – kondisi perkembangan mempengaruhi setiap aspek kepribadian seperti emosional, sosial, moral, keagamaan dan intelektual.
·      Lingkungan ini terbagi menjadi 3 yaitu lingkungan keluarga, masyarakat dan sekolah merupakan satuan kelompok sosial terkecil.
1.    Interaksi sosial yang pertama diperoleh individu adalah dalam keluarga. Kemampuan interaksi sosial ini kemudian akan dikembangkan di masyarakat. Pola hubungan antara orang tua dengan anak akan berpengaruh terhadap proses penyesuaian diri anak-anak. Beberapa pola hubungan yang dapat dipengaruhi penyesuai diri yaitu menerima (acceptance), menghukum dan disiplin yang berlebihan, memanjakan dan melindungi anak secara berlebihan, penolakan dan  hubungan saudara yang penuh persahabatan, saling menghormati, penuh kasih sayang, mempunyai kemungkinan yang lebih besar untuk tercapainya penyesuaian yang lebih baik, sebaliknya suasana permusuhan, perselisihan, iri hati, kebencian, dan sebagainya dapat menimbulkan kesulitan dan kegagalan penyesuaian diri.
2.    Keadaan lingkungan masyarakat dimana individu berada merupakan kondisi yang menentukan proses dan pola-pola penguasaan diri. Kondisi studi menunjukan bahwa banyak gejala tingkah laku yang meyimpang bersumber dari keadaan masyarakat. Pergaulan yang salah dikalangan remaja dapat mempengaruhi pola-pola penyesuaian dirinya. Faktor kondisi lingkungan sosial yang tidak sehat atau “rawan”, dapat merupakan faktor yang kondusif bagi anak/remaja untuk berperilaku menyimpang. Faktor masyarakat ini dapat dibagi dalam 2 bagian, yaitu pertama, faktor kerawanan masyarakat dan kedua, faktor daerah rawan (gangguan kamtibmas).
3.    Sekolah mempunyai peranan sebagai media untuk mempengaruhi kehidupan intelektual, sosial, dan moral para siswa. Suasana disekolah baik sosial maupun psikologis menentukan proses dan pola penyesuaian diri. Disamping itu, hasil pendidikan yang diterima anak disekolah merupakan bekal bagi proses penyesuaian diri di masyarakat.
·      Kultur agama dimana individu berada dan berinteraksi akan menentukan pola penyesuaian diri. Contohnya tata cara kehidupan di sekolah, di masjid dan semacamnya akan mempengaruhi bagaimana anak menempatkan diri dan bergaul dengan masyarakat sekitarnya. Agama memberikan suasana psikologis tertentu dalam mengurangi konflik, frustasi dan ketegangan lainnya. Agama memberi tuntunan, konsep dan falsafah hidup yang meyakinkan dan benar. Oleh pemilikan semua ini orang akan memperoleh arti hidup, kemana tujuan hidup, apa yang dicari dalam hidup ini dan bagaimana ia harus berperan dalam hidup sehingga hidupnya di dunia tidak sia- sia.
D.    Permasalahan-Permasalahan Penyesuaian Diri Remaja
Diantara persoalan yang terpenting yang dihadapai remaja dalam penyesuaian diri yaitu:
1) Hubungan remaja dengan orang dewasa terutama orang tua.
    Disini sangat dipengaruhi oleh sikap orang tua dan suasana psikologi dan sosial dalam keluarga (kondisi lingkungan keluarga) Orang tua yang otoriter akan menghambat perkembangan penyesuaian diri remaja, begitu juga perlindungan orang tua yang berlebihan juga berakibat tidak baik. Perpindahan tempat juga memiliki pengaruh yang kuat.
2) Sekolah juga memiliki peranan/pengaruh yang kuat dalam dalam perkembangan jiwa remaja. Kondisi sekolah yang tidak baik dapat menganggu proses belajar mengajar anak didik, yang pada gilirannya dapat memberikan “peluang” pada anak didik untuk berperilaku menyimpang.
3) Lingkungan sosial faktor kondisi lingkungan sosial yang tidak sehat atau “rawan”, dapat merupakan faktor yang kondusif bagi anak/remaja untuk berperilaku menyimpang. Faktor kutub masyarakat ini dapat dibagi dalam 2 bagian, yaitu pertama, faktor kerawanan masyarakat dan kedua, faktor daerah rawan (gangguan kamtibmas).
E.     Implikasi Proses Penyesuaian Diri Remaja Terhadap Penyelenggaraan Pendidikan
Masa remaja adalah masa dimana seorang remaja mencari jati dirinya. Masa remaja juga disebut masa emas (golden age). Namun, para remaja pada masa perkembangan dihadapkan dengan berbagai masalah, baik eksternal maupun internal. Masalah-masalah yang timbul pada masa remaja harus bisa di pahami oleh seorang pendidik, agar remaja tidak mengalami kemunduran mental. Karena remaja yang tidak mendapatkan bimbingan pada masa remaja, Mereka akan cenderung melakukan perbuatan-perbuatan yang melanggar norma-norma kehidupan. Pemecahan masalah tersebut bisa di selesaikan dengan mengaitkan masalah-masalah tersebut dengan pen-didikan, baik pendidikan formal ataupun non-formal.
Masa perkembangan remaja juga ditandai dengan keinginan mengaktualisasikan segala ide pikiran yang dimatangkan selama mengikuti pendidikan. Mereka bersemangat untuk meraih keberhasilan. Oleh karena itu, mereka berlomba dan bersaing dengan orang lain guna membuktikan kemampuannya. Segala daya upaya yang berorientasi untuk mencapai keberhasilan akan selalu ditempuh dan diikuti. Sebab dengan keberhasilan itu, ia akan meningkatkan harkat dan martabat hidup mereka di mata orang lain.
Laju proses perkembangan perilaku dan pribadi remaja dipengaruhi oleh tiga faktor dominan ialah faktor bawaan (heredity), kematangan (maturation), dan ling-kungan (environment): termasuk belajar dan latihan (training and learning). Ketiga faktor dominan utama itu senantiasa bervariasiyang mungkin dapat menguntungkan, menghambat atau membatasi lajunya proses perkembangan tesebut.
Lingkungan sekolah mempunyai pengaruh yang besar terhadap perkembangan jiwa remaja. Sekolah selain mengemban fungsi pengajaran juga fungsi-fungsi pendidikan (transformasi norma). Dalam kaitannya dengan pendidikan ini, peranan sekolah pada hakikatnya tidak jauh dari peranan keluarga, yaitu sebagai rujukan dan tempat perlindungan jika anak didik mengalami masalah.         
Upaya-upaya yang dapat dilakukan untuk memperlancar proeses penyesuaian diri remaja khususnya di sekolah adalah:
1)        Menciptakan situasi sekolah yang dapat menimbulkan rasa “ betah” (at home) bagi anak-anak didik , baik secara sosial , fisik maupun akademis.
2)        Menciptakan suasana belajar mengajar yang menyenangkan bagi anak.
3)        Usaha memahami anak didik secara menyeluruh, baik prestasi belajar, sosial , maupun seluruh aspek pribadinya.
4)        Menggunakan metode dan alat mengajar yang menimbulkan gairah belajar.
5)        Menggunakan prosedur evaluasi yang dapat memperbesar motivasi belajar.
6)        Ruang kelas yang memenuhi syarat-syarat kesehatan.
7)        Peraturan / tata tertib yamg jelas dan dapat dipahami oleh siswa.
8)        Teladan dari para guru dalam segi pendidikan.
9)        Kerja sama dan saling pengertian dari para guru dalam melaksanakan kegiatan pendidikan di sekolah.
10)    Pelaksanaan program bimbingan dan penyuluhan yang sbaik-baiknya.
11)    Situasi kepemimpinan yang penuh saling pengertian dan tanggungjawab baik pada   murid maupun pada guru.
12)    Hubungan yang baik dan penuh pengertian antara sekolah dengan orang tua siswa dan masyarakat.
F.     Kesimpulan
Manusia tidak dilahirkan dalam keadaan telah mampu menyesuaikan diri, maka penyesuaian diri terhadap lingkungan hidup, pertumbuhan dan perkembangan memerlukan proses yamg cukup unik. Penyesuaian diri dapat diartikan adaptasi, konformitas, penguasaan, dan kematangan emosional. Proses penyesuaian diri yang tertuju pada pencapaian keharmonisan antara faktor internal dan eksternal anak sering menimbulkan konflik, tekanan, frustasi, dan berbagai macam perilaku untuk membebaskan diri dari ketegangan.
Kondisi fisik, mental, dan emosional dipengaruhi dan diarahkan oleh faktor-faktor lingkungan di mana kemungkinan akan berkembang proses penyesuaian yang baik atau salah. Selain faktor lingkungan, faktor psikologis, kematangan, kondisi fisik, dan kebudayaan juga mempengaruhi proses penyesuaian diri.
Permasalahan-permasalahan penyesuaian diri yang dihadapi remaja dapat berasal dari suasana psikologis keluarga seperti keretakan keluarga. Selain itu permasalahan-permasalahan penyesuaian akan muncul bagi remaja yang sering pindah tempat tinggal.
Lingkungan sekolah juga mempunyai pengaruh yang besar terhadap perkembangan jiwa remaja. Sekolah selain megemban fungsi pengajaran juga fungsi pendidikan. Di sekolah, guru hendaknya dapat bersikap yang lebih efektif, seperti adil, jujur, menyenangkan dan sebagainya sehingga siswanya akan merasa senang dan aman bersamanya.



















DAFTAR PUSTAKA

Mulyani, S. 2008. Perkembangan Peserta Didik. Jakarta: Universitas Terbuka.
Anonim. 2013. Penyesuaian Diri Remaja. Jogja.


Featured Post

KARENA WANITA INGIN MEMILIH

Sepanjang sejarah sebelum datangnya islam perempuan kerap kali mengalami penderitaan. mereka diperjual belikan layaknya hewan dan barang. me...