OLEH
SARITO
Manusia tidak dilahirkan dalam keadaan telah mampu
menyesuaikan diri, maka penyesuaian diri terhadap lingkungan hidup, pertumbuhan
dan perkembangan memerlukan proses yamg cukup unik. Penyesuaian diri dapat
diartikan adaptasi, konformitas, penguasaan, dan kematangan emosional. Proses
penyesuaian diri yang tertuju pada pencapaian keharmonisan antara faktor
internal dan eksternal anak sering menimbulkan konflik, tekanan, frustasi, dan
berbagai macam perilaku untuk membebaskan diri dari ketegangan.
Kondisi fisik, mental, dan emosional dipengaruhi dan
diarahkan oleh faktor-faktor lingkungan di mana kemungkinan akan berkembang
proses penyesuaian yang baik atau salah. Selain faktor lingkungan, faktor
psikologis, kematangan, kondisi fisik, dan kebudayaan juga mempengaruhi proses
penyesuaian diri.
Kata
Kunci : Remaja, Sekolah, Penyesuaian dan Sosial
A. Pendahuluan
Makna akhir dari hasil pendidikan
seseorang individu terletak pada sejauh mana hal yang telah dipelajari dapat
membantunya dalam menyesuaikan diri dengan kebutuhan-kebutuhan hidupnya dan
pada tuntutan masyarakat. Berdasarkan pengalaman-pengalaman yang didapat di
sekolah dan di luar sekolah ia memiliki sejumlah pengetahuan, kecakapan,
minat-minat, dan sikap-sikap. Dengan pengalaman-pengalaman itu ia secara
berkesinambungan dibentuk menjadi seorang pribadi seperti apa yang dia miliki
sekarang dan menjadi seorang pribadi tertentu di masa mendatang.
Seseorang tidak dilahirkan dalam keadaan telah mampu
menyesuaikan diri atau tidak mampu menyesuaikan diri. Kondisi fisik, mental dan emosional dipengaruhi dan diarahkan oleh
faktor-faktor lingkungan dimana kemungkinan akan berkembang proses penyesuaian
yang baik atau yang salah. Sejak lahir sampai meninggal seorang individu merupakan
organisme yang aktif.Ia aktif dengan tujuan dan aktifitas yang
berkesinambungan. Ia berusaha untuk memuaskan kebutuhan-kebutuhan jasmaninya
dan juga semua dorongan yang memberi peluang kepadanya untuk berfungsi sebagai
anggota kelompoknya.
Penyesuaian diri adalah suatu proses. Dan salah satu
ciri pokok dari kepribadian yang sehat mentalnya adalah memiliki kemampuan
untuk mengadakan penyesuaian diri secara harmonis, baik terhadap diri sendiri
maupun terhadap lingkungannya. Untuk lebih jelasnya marilah kita tinjau secara
lebih rinci pengertian dan proses penyesuaian diri, karakteristik penyesuaian
diri remaja dan faktor-faktor yang mempengaruhi proses penyesuaian diri.
B. Penyesuaian Diri Remaja
Pada mulanya penyesuaian diri diartikan sama dengan adaptasi
(adaptation), padahal adaptasi ini pada umumnya lebih mengarah
pada penyesuaian diri dalam arti fisik, fisiologis, atau biologis. Misalnya,
seseorang yang pindah tempat dari daerah panas ke daerah dingin harus
beradaptasi dengan iklim yang berlaku di daerah dingin tersebut.
Aspek-aspek penyesuaian diri yaitu penyesuaian pribadi dan sosial. Penyesuaian pribadi adalah kemampuan individu
untuk menerima dirinya sendiri sehingga tercapai hubungan yang harmonis antara
dirinya dengan lingkungan sekitarnya. Ia menyadari sepenuhnya siapa dirinya
sebenarnya, apa kelebihan dan kekurangannya dan mampu bertindak obyektif sesuai
dengan kondisi dirinya tersebut.
Sedangkan penyesuaian sosial
adalah penyesuaian
sosial terjadi dalam lingkup hubungan sosial tempat individu hidup dan
berinteraksi dengan orang lain. Hubungan-hubungan tersebut mencakup hubungan
dengan masyarakat di sekitar tempat tinggalnya, keluarga, sekolah, teman atau
masyarakat luas secara umum. Dalam hal ini individu dan masyarakat sebenarnya
sama-sama memberikan dampak bagi komunitas. Individu menyerap berbagai
informasi, budaya dan adat istiadat yang ada, sementara komunitas
(masyarakat) diperkaya oleh eksistensi atau karya yang diberikan oleh sang
individu.
Penyesuaian diri lebih bersifat
suatu proses sepanjang hayat (life long), dan manusia terus-menerus berupaya
menemukan dan mengatsi tekanan dan tantangan hidup guna mencapai pribadi yang
sehat.
Respon penyesuaian, baik atau buruk, secara sederhana
dapat dipandang sebagai suatu upaya individu untuk mereduksi atau menjauhi
ketegangan dan untuk memelihara kondisi-kondisi keseimbangan yang lebih wajar. Penyesuaian adalah sebagai suatu
proses ke arah hubungan yang harmonis antara tuntutan internal dan tuntutan
eksternal. Dalam proses penyesuaian diri dapat saja muncul konflik, tekanan,
dan frustasi, membebaskan diri dari ketegangan.
Individu dikatakan berhasil dalam
melakukan penyesuaian diri apabila ia dapat memenuhi kebutuhannyadengan
cara-cara yang wajar atau apabila dapat diterima oleh lingkungan tanpa
merugikan atau mengganggu lingkungannya.
Dalam melakukan penyesuaian diri secara positif,
individu akan melakukannya dalam berbagai bentuk yaitu penyesuaian menghadapi
masalah secara langsung, penyesuaian dengan melakukan eksplorasi (penjelajahan), penyesuaian dengan trial dan error atau coba-coba, penyesuaian
dengan substitusi (mencari pengganti), penyesuaian diri dengan menggali kemampuan diri, penyesuaian dengan belajar, penyesuaian dengan inhibisi
dan pengendalian diri dan penyesuaian dengan perencanaan
yang cermat.
Ada tiga bentuk reaksi dalam
penyesuaian diri yang salah, yaitu:
1. Reaksi Bertahan (Defence Reaction). Individu berusaha untuk mempertahankan
dirinya, seolah-olah tidak menghadapi kegagalan.
2. Reaksi Menyerang (Aggressive Reaction). Reaksi-reaksinya tampak pada perilaku:
a) Selalu membenarkan diri,
b) Mau berkuasa dalam setiap
situasi,
c) Mau memiliki segalanya, dan
yang lainnya.
3. Reaksi Melarikan Diri (Escape Reaction). Orang yang mempunyai penyesuaian diri yang
salah akan melarikan diri dari situasi yang menimbulkan kegagalannya, reaksinya
tampak dalam tingkah laku seperti berfantasi, banyak tidur, minum-minuman
keras, bunuh diri, menjadi pecandu ganja, narkotika, dan regresi.
C. Faktor- Faktor yang Mempengaruhi Proses Penyesuaian
Diri
Ada 4 faktor yang
mempengaruhi proses penyesuaian diri yaitu kondisi jasmaniah, perkembangan
kemanatangan, lingkungan dan kultur agama.
· Kondisi jasmaniah merupakan kondisi primer yang penting bagi proses penyesuaian diri (sistem
saraf, kelenjar otot). Beberapa penelitian menunjukkan bahwa gangguan-gangguan
dalam sistem syaraf, kelenjar dan otot menimbulkan gejala-gejala gangguan
mental, tingkah laku dan kepribadian. Kondisi sistem tubuh yang baik merupakan
syarat bagi tercapainya proses penyesuaian diri yang baik. Kualitas penyesuaian
diri yang baik hanya dapat diperoleh dan dipelihara dalam kondisi kesehatan
jasmaniah yang baik pula.
· Sesuai dengan hukum perkembangan, tingkat kematangan
yang dicapai berbeda – beda antara individu yang satu dengan yang lainnya,
sehingga pencapaian pola – pola penyesuaian diri pun berbeda pula secara
individual. Pola penyesuaian diri akan bervariasi sesuai dengan tingkat
perkembangan dan kematangan yang dicapainya. Kondisi – kondisi perkembangan
mempengaruhi setiap aspek kepribadian seperti emosional, sosial, moral, keagamaan dan intelektual.
· Lingkungan ini terbagi menjadi 3 yaitu lingkungan keluarga, masyarakat dan sekolah merupakan satuan kelompok sosial terkecil.
1. Interaksi sosial yang pertama
diperoleh individu adalah dalam keluarga. Kemampuan interaksi sosial ini
kemudian akan dikembangkan di masyarakat. Pola hubungan antara orang tua
dengan anak akan berpengaruh terhadap proses penyesuaian diri anak-anak.
Beberapa pola hubungan yang dapat dipengaruhi penyesuai diri yaitu menerima (acceptance), menghukum dan disiplin yang
berlebihan, memanjakan dan melindungi anak
secara berlebihan, penolakan dan hubungan saudara yang penuh
persahabatan, saling menghormati, penuh kasih sayang, mempunyai kemungkinan
yang lebih besar untuk tercapainya penyesuaian yang lebih baik, sebaliknya
suasana permusuhan, perselisihan, iri hati, kebencian, dan sebagainya dapat
menimbulkan kesulitan dan kegagalan penyesuaian diri.
2. Keadaan lingkungan masyarakat
dimana individu berada merupakan kondisi yang menentukan proses dan pola-pola
penguasaan diri. Kondisi studi menunjukan bahwa banyak gejala tingkah laku yang
meyimpang bersumber dari keadaan masyarakat. Pergaulan yang salah dikalangan
remaja dapat mempengaruhi pola-pola penyesuaian dirinya. Faktor kondisi lingkungan sosial
yang tidak sehat atau “rawan”, dapat merupakan faktor yang kondusif bagi
anak/remaja untuk berperilaku menyimpang. Faktor masyarakat ini dapat dibagi
dalam 2 bagian, yaitu pertama, faktor kerawanan masyarakat dan kedua, faktor
daerah rawan (gangguan kamtibmas).
3. Sekolah mempunyai peranan sebagai
media untuk mempengaruhi kehidupan intelektual, sosial, dan moral para siswa. Suasana disekolah baik sosial
maupun psikologis menentukan proses dan pola penyesuaian diri. Disamping itu, hasil
pendidikan yang diterima anak disekolah merupakan bekal bagi proses penyesuaian
diri di masyarakat.
· Kultur agama dimana individu berada dan berinteraksi
akan menentukan pola penyesuaian diri. Contohnya tata cara kehidupan di
sekolah, di masjid dan semacamnya akan mempengaruhi bagaimana anak menempatkan
diri dan bergaul dengan masyarakat sekitarnya. Agama memberikan suasana
psikologis tertentu dalam mengurangi konflik, frustasi dan ketegangan lainnya.
Agama memberi tuntunan, konsep dan falsafah hidup yang meyakinkan dan benar.
Oleh pemilikan semua ini orang akan memperoleh arti hidup, kemana tujuan hidup,
apa yang dicari dalam hidup ini dan bagaimana ia harus berperan dalam hidup
sehingga hidupnya di dunia tidak sia- sia.
D. Permasalahan-Permasalahan Penyesuaian Diri Remaja
Diantara persoalan yang terpenting yang dihadapai remaja dalam penyesuaian
diri yaitu:
1) Hubungan remaja dengan orang dewasa terutama orang tua.
Disini sangat dipengaruhi oleh sikap orang tua dan suasana psikologi dan
sosial dalam keluarga (kondisi lingkungan keluarga) Orang tua yang otoriter akan menghambat perkembangan penyesuaian diri
remaja, begitu juga perlindungan orang tua yang berlebihan juga berakibat tidak
baik. Perpindahan tempat juga memiliki pengaruh yang kuat.
2) Sekolah juga memiliki peranan/pengaruh yang kuat dalam dalam
perkembangan jiwa remaja. Kondisi sekolah yang tidak baik
dapat menganggu proses belajar mengajar anak didik, yang pada gilirannya dapat
memberikan “peluang” pada anak didik untuk berperilaku menyimpang.
3) Lingkungan sosial faktor kondisi lingkungan sosial
yang tidak sehat atau “rawan”, dapat merupakan faktor yang kondusif bagi
anak/remaja untuk berperilaku menyimpang. Faktor kutub masyarakat ini dapat
dibagi dalam 2 bagian, yaitu pertama, faktor kerawanan masyarakat dan kedua,
faktor daerah rawan (gangguan kamtibmas).
E. Implikasi Proses Penyesuaian Diri
Remaja Terhadap Penyelenggaraan Pendidikan
Masa remaja adalah masa dimana
seorang remaja mencari jati dirinya. Masa remaja juga disebut masa emas (golden
age). Namun, para remaja pada masa perkembangan dihadapkan dengan berbagai
masalah, baik eksternal maupun internal. Masalah-masalah yang timbul pada masa
remaja harus bisa di pahami oleh seorang pendidik, agar remaja tidak mengalami
kemunduran mental. Karena remaja yang tidak mendapatkan bimbingan pada masa
remaja, Mereka akan cenderung melakukan perbuatan-perbuatan yang melanggar norma-norma
kehidupan. Pemecahan masalah tersebut bisa di selesaikan dengan mengaitkan
masalah-masalah tersebut dengan pen-didikan, baik pendidikan formal ataupun
non-formal.
Masa perkembangan remaja juga
ditandai dengan keinginan mengaktualisasikan segala ide pikiran yang
dimatangkan selama mengikuti pendidikan. Mereka bersemangat untuk meraih
keberhasilan. Oleh karena itu, mereka berlomba dan bersaing dengan orang lain
guna membuktikan kemampuannya. Segala daya upaya yang berorientasi untuk
mencapai keberhasilan akan selalu ditempuh dan diikuti. Sebab dengan
keberhasilan itu, ia akan meningkatkan harkat dan martabat hidup mereka di mata
orang lain.
Laju proses perkembangan
perilaku dan pribadi remaja dipengaruhi oleh tiga faktor dominan ialah faktor
bawaan (heredity), kematangan (maturation), dan ling-kungan (environment):
termasuk belajar dan latihan (training and learning). Ketiga faktor dominan
utama itu senantiasa bervariasiyang mungkin dapat menguntungkan, menghambat
atau membatasi lajunya proses perkembangan tesebut.
Lingkungan sekolah mempunyai
pengaruh yang besar terhadap perkembangan jiwa remaja. Sekolah selain mengemban
fungsi pengajaran juga fungsi-fungsi pendidikan (transformasi norma). Dalam
kaitannya dengan pendidikan ini, peranan sekolah pada hakikatnya tidak jauh
dari peranan keluarga, yaitu sebagai rujukan dan tempat perlindungan jika anak
didik mengalami masalah.
Upaya-upaya yang dapat
dilakukan untuk memperlancar proeses penyesuaian diri remaja khususnya di
sekolah adalah:
1)
Menciptakan situasi sekolah yang dapat menimbulkan
rasa “ betah” (at home) bagi anak-anak didik , baik secara sosial , fisik
maupun akademis.
2)
Menciptakan suasana belajar mengajar yang menyenangkan
bagi anak.
3)
Usaha memahami anak didik secara menyeluruh, baik
prestasi belajar, sosial , maupun seluruh aspek pribadinya.
4)
Menggunakan metode dan alat mengajar yang menimbulkan
gairah belajar.
5)
Menggunakan prosedur evaluasi yang dapat memperbesar motivasi belajar.
6)
Ruang kelas yang memenuhi syarat-syarat kesehatan.
7)
Peraturan / tata tertib yamg jelas dan dapat dipahami
oleh siswa.
8)
Teladan dari para guru dalam segi pendidikan.
9)
Kerja sama dan saling pengertian dari para guru dalam
melaksanakan kegiatan pendidikan di sekolah.
10) Pelaksanaan program bimbingan
dan penyuluhan yang sbaik-baiknya.
11) Situasi kepemimpinan yang
penuh saling pengertian dan tanggungjawab baik pada murid maupun pada guru.
12) Hubungan yang baik dan penuh
pengertian antara sekolah dengan orang tua siswa dan masyarakat.
F. Kesimpulan
Manusia tidak dilahirkan dalam keadaan telah mampu
menyesuaikan diri, maka penyesuaian diri terhadap lingkungan hidup, pertumbuhan
dan perkembangan memerlukan proses yamg cukup unik. Penyesuaian diri dapat
diartikan adaptasi, konformitas, penguasaan, dan kematangan emosional. Proses
penyesuaian diri yang tertuju pada pencapaian keharmonisan antara faktor
internal dan eksternal anak sering menimbulkan konflik, tekanan, frustasi, dan
berbagai macam perilaku untuk membebaskan diri dari ketegangan.
Kondisi fisik, mental, dan emosional dipengaruhi dan
diarahkan oleh faktor-faktor lingkungan di mana kemungkinan akan berkembang
proses penyesuaian yang baik atau salah. Selain faktor lingkungan, faktor
psikologis, kematangan, kondisi fisik, dan kebudayaan juga mempengaruhi proses
penyesuaian diri.
Permasalahan-permasalahan penyesuaian diri yang
dihadapi remaja dapat berasal dari suasana psikologis keluarga seperti
keretakan keluarga. Selain itu permasalahan-permasalahan penyesuaian akan
muncul bagi remaja yang sering pindah tempat tinggal.
Lingkungan sekolah juga mempunyai pengaruh yang besar
terhadap perkembangan jiwa remaja. Sekolah selain megemban fungsi pengajaran
juga fungsi pendidikan. Di sekolah, guru hendaknya dapat bersikap yang lebih
efektif, seperti adil, jujur, menyenangkan dan sebagainya sehingga siswanya
akan merasa senang dan aman bersamanya.
DAFTAR PUSTAKA
Mulyani, S. 2008. Perkembangan Peserta Didik. Jakarta: Universitas
Terbuka.
Anonim. 2013. Penyesuaian Diri
Remaja. Jogja.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar