BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Di dalam psikologi dikenal
tingkahlaku-tingkahlaku yang menyimpang dari tingkahlaku yang normal.
Penyimpangan tingkah laku ini disebabkan oleh adanya kelainan psikis pada orang
yang bersangkutan.Cabang psikologi yang khusus mempelajari kelainan psikis ini
di sebut psikopatologi atau psikologi abnormal, sedangkan usaha-usaha
memperbaiki atau menyembuhkan kelainan-kelainan ini dilakukan dalam psikologi
klinis.
Kelainan-kelainan psikis sering kali
pula disebabkan oleh penyakit-penyakit badaniah. Di samping itu, kelainan
psikis dapat juga di anggap sebagai penyakit kejiwaan. Kelainan psikis ada
bermacam-macam dan dapat dikelompokkan kedalam beberapa jenis yang akan di
bahas dalam makalah ini yaitu Keterbelakangan mental,kelainan seksual,
psikoneurosis, psikopathi, namun pada kali ini kami hanya akan membahas salah
satunya yaitu yang akan kami bahas dalam makalah ini psikosis.Psikosis
adalah gangguan jiwa yang ditandai dengan ketidak mampuan
individu menilaikenyataan yang terjadi, misalnya terdapat halusinasi, waham
atau perilaku kacau atau aneh, penyakit kejiwaan yang parah, karena di
tingkatan ini penderita tidak lagi sadar akan dirinya. Untuk lebih jelasnya
kami paparkan pada bab berikutnya.
B.
Rumusan
Masalah
1. Bagaimana
pengertian Psikosis
2. Bagaimana
bentuk-bentuk Psikosis
3. Apa
Ciri-ciri Psikosis
C.
Tujuan
1. Untuk
memahami pengertian psikosis
2. Untuk
mengetahui bentuk psikosis
3. Untuk
mengetahui ciri-ciri psikosis
.
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Pengertian
Psikotis
Psikosis
adalah gangguan jiwa yang ditandai dengan ketidak mampuan
individu menilaikenyataan yang terjadi, misalnya terdapat halusinasi, waham
atau perilaku kacau atau aneh,penyakit kejiwaan yang parah, karena di
tingkatan ini penderita tidak lagi sadar akan dirinya. Pada penderita psikosis
umumnya ditemukan ciri-ciri sebagai berikut:
a. Mengalami
disorganisasi proses pikiran
b. Gangguan
emosional
c. Disorientasi
waktu, ruang, dan person
d. Terkadang
disertai juga dengan halusinasi dan delusi
B.
Bentuk-Bentuk
Psikosis
Psikosis bisa muncul
dalam beberapa bentuk, diantaranya:
a. Schizophrenia,
penyakit jiwa yang ditandai dengan kemunduran atau kemurungan kepribadian.
b. Paranoia,
gila kebesaran atau merasa lebih dari segalanya
c. Maniac
depressive psychosis, perasaan benar atau gembira yang mendadak bisa berubah
sebaliknya menjadi serba salah atau sedih.
Skizofrenia
merupakan sekelompok gangguan psikotik, dengan gangguan dasar pada kepribadian,
distorsi khas pada proses pikir. Kadang-kadang berasa bahwa dirinya sedang
dikendalikan oleh kekuatan dari luar. Penyakit ini timbul akibat
ketidakseimbangan pada salah satu sel kimia dalam otak. Skizofrenia adalah
gangguan jiwa psikotik paling lazim dengan ciri hilangnya perasaan afektif atau
respons emosional dan menarik diri dari hubungan antarpribadi normal. Sering
kali diikuti dengan delusi (keyakinan yang salah) dan halusinan (persepsi tanpa
ada rangsang pancaindra).
Kalau
pada remaja, perlu diperhatikan kepribadian pra-sakit yang merupakan faktor
predisposisi skizofrenia, yaitu gangguan kepribadian paranoid atau kecurigaan
berlebihan dan biasanya menganggap semua orang sebagai musuh. Gangguan
kepribadian skizoid yaitu emosi dingin, kurang mampu bersikap hangat dan ramah
pada orang lain serta selalu menyendiri. Pada gangguan skizotipal orang
memiliki perilaku atau tampilan diri aneh dan ganjil, afek sempit, percaya
hal-hal aneh, pikiran magis yang berpengaruh pada perilakunya, persepsi
pancaindra yang tidak biasa, pikiran obsesif tak terkendali, pikiran yang
samar-samar, penuh kiasan, sangat rinci dan ruwet atau stereotipik yang
termanifestasi dalam pembicaraan yang aneh dan inkoheren.
Penderita
skizofrenia memerlukan perhatian dan empati, namun keluarga perlu menghindari
reaksi yang berlebihan seperti sikap terlalu mengkritik, terlalu memanjakan dan
terlalu mengontrol yang justru bisa menyulitkan penyembuhan. Kesabaran dan
perhatian yang tepat sangat diperlukan oleh penderita skizofrenia. Keluarga
perlu mendukung serta memotivasi penderita untuk sembuh.
Simptom-simptom
skizofrenia, antara lain:
a) Gangguan
isi pikiran, delusi: kepercayaan yang salah macamnya:
a. Delusi
referensi: kepercayaan bahwa tingkah laku orang lain atau obyek tertentu atau
kejadian tertentu diacukan kepada dirinya.
b. Delusi
persekusi : kepercayaan bahwa ada orang atau orang-orang akan mencelakan dirinya,
keluarganya atau kelompoknya.
c. Delusi
grandeur : merasa dirinya penting.
d. Delusi
kemiskinan : merasa tidak mempunyai hal yang berharga.
e. Delusi
menyalahkan diri.
f. Delusi
control : merasa dirinya dikontrol oleh orang lain.
g. Delusi
nihilisme : merasa dirinya, orang lain mupun dunia tidak ada.
h. Delusi
ketidak setiaan : kepercayaan yang salah bahwa orang yang dicintai tidak setia.
i.
Delusi lain bahwa
pikiran dapat disiarkan, diubah atau ditarik dari pikiran oleh orang atau
kekuatan luar.
j.
Delusi somatic :
kepercayaan yang keliru mengenai kerja badan, percaya otaknya dimakan semut.
b) Gangguan
gaya berfikir, berbahasa dan komunikasi :
1. Proses
kognitif tidak teratur dan tidak fungsional, sehingga tidak ada hubungan dan
tidak logis.
2. Pengekspresian
ide, piker dan bahasa begitu terganggu hingga tidak dapat dimengerti.
3. Gangguan
kognitif :
·
Inkoherensi : bicara
ngawur
·
Tidak ada asosiasi
·
Neologisme : membuat
kata-kata baru atau pengrusakan kata-kata yang ada.
·
Bloking : tidak dapat
melanjutkan pembicaraan (beberapa detik – beberapa menit)
·
Isi pembicaran yang
sangat kurang.
·
Apa yang dikatakan atau
yang ditulis tidak berarti.
·
Kadang mereka seperti
bisu sampai berhari-hari.
4. Gangguan
persepsi : halusinasi.
·
Halusinasi : persepsi
palsu yang mencakup kelima pancaindera.
·
Bagi orangnya nampak
nyata, terjadi secara spontan.
5. Gangguan
afek. (afek : keadaan emosi)
·
Keadaan emosi yang
berlawanan dengan rangsangnya.
6. Gangguan
psikomotor
·
Tingkah laku aneh
·
Menunjukkan gangguan
katatonik berupa :
a. Stupor
katatonik : keadaan tidak respponsif terhadap rangsang luar.
b. Kekakuan
katatonik : sikap badan yang kaku dan menolak usaha untuk dipindahkan.
c. Excitement
yang katatonik : gerakan badan yang tidak ada tujuannya dan diulang-ulang.
7. Gangguan
hubungan Interpersonal
·
Karena tingkah lakunya,
orang tidak berinteraksi denagn penderita – ia tidak mampu berinteraksi dengan
cara yang umum – hidup dalam dunia fantasi dan delusi.
8. Gangguan
perasaan diri:
9. Bingung
mengenai siapa dirinya, percaya bahwa dirinya dikontrol orang atau kekuatan
luar.
10. Gangguan
motivasi
·
Tidak ada motivasi
karena kurang dorongan atau perhatian atau karena kebingungan adanya
pilihan-pilihan yang mungkin.
·
Jika gangguan mitivasi
dibarengi pikiran lacau dan obsesif maka orang ini tidak akan dapat digerakkan.
c) Fase-fase
schizophrenia, adalah:
1. Fase
prodromal : periode sebelum periode aktif :
·
Individu menunjukkan
gangguan- gangguan berfungsi social dan interpersonal yang progresif.
·
Perubahan yang terjadi
dapat berisi : penarikan sosial, ketidak mampuan bekerja secara produktif,
eksentrik, pakaian yang tidak rapi, emosi myang tidak sesuai, perkembangan
pikiran dan bicara yang aneh, kepercayaan yang tidak biasa, pengalaman persepsi
yang aneh, hilangnya inisiatif dan energi.
2. Fase
aktif : paling sedikit satu bulan.
·
Individu mengalami
simtom psikotik : hakusinasi dan delusi, bicara yang tidak teratur, demikian
pula tingkah lakunya, tanda-tanda penarikan diri.
3. Fase
residual : simtom seperti pada fase sebelumnya ada, tetapi tidak parah dan
tidak mengganggu.
Sakit
jiwa berat (psikologis atau gila) adalah suatu gangguan jiwa. Pasien kehilangan
daya nilai realistik atau reality test terganggu. Bukti nyata reality test
terganggu adalah adanya waham, halusinasi dan pola perilaku yang kacau, tidak
masuk akal dan tak bermanfaat disertai tilikan yang buruk.
a. Gangguan
Psikotik
Mungkin terdapat beda penafsiran tentang
psikotik dengan apa yang dihayati masyarakat. Gila dalam masyarakat adalah
mereka yang mengamuk, merusak atau tak bisa merawat diri sehingga
compang-camping, dan akhirnya menggelandang. Apa yang dihayati oleh masyarakat
itu sebenarnya adalah daya nilai reality test terganggu sudah dalam tahap
akhir. Karena pada dasarnya pasien psikotik (khususnya kelompok skizofrenia)
bila tidak tepat dalam penanganannya akan berlanjut dan dapat terjadi hal-hal
tidak diinginkan. Seseorang yang mengidap gangguan psikotik, khususnya
skizofrenia bisa melakukan tindakan yang tak terduga, walaupun sebelumnya tak
menunjukkan perilaku yang agresif.
Ganggguan
psikotik lain :
1. Gangguan
psikotik singkat :
Ø Simtom
psikotik singkat : 1 hari – 1 bulan.
Ø Kemudian
dapat berfungsi secara normal (waktu terbatas)
Ø Ada
stressor yang diketahui ada yang tidak.
Ø Di
DSM IV ada yang disebut gangguan reaktif singkat yang kejadiannya setelah
melahirkan.
Ø Perlakuan
gangguan psikotik : kombinasi pengobatan dan psikoterapi.
2. Gangguan
schizofreniform
Ø Ada
simtom psikotik, tetapi lama dan keparahannya kurang daripada pada psikosis
reaktif yang singkat (1-6 bulan, kalau lebih dari 6 bulan, harus di diagnosis
schizophrenia)
Ø Simtom
psiko – afektif :
·
Apabila ada simtom-simtom
yang sifatnya schizofrenik dan afektif.
·
DSM IV: ada simtom
depresi mayor atau periode manik dan simtom delusi dan halusinasi.
3. Gangguan
delusional
Penderita
dapat berfungsi sesuai, hanya ada satu gejala yaitu delusi. Delusi sistematik
dan menonjol, tettapi tidak aneh seperti pada schizophrenia.
Ada 5 subtipe :
Ada 5 subtipe :
a. Erotomania:
delusi bahwa orang lain biasanya orang penting sangat mencintai dirinya.
Disamping itu biasanya ada simtom depresi atau mania.
b. Gangguan
delusi kebesaran : merasa bahwa dirinya orang yang sangat penting (merasa
dirinya ratu adil).
c. Gangguan
delusi iri : ada delusi bahwa pasangannya tidak setia.
d. Gangguan
delusi persekutori : merasa bahwa dirinya akan dianiaya, merasa dirinya akan
dibunuh.
e. Gangguan
delusi somatic : merasa bahwa dirinya mempunyai penyakit yang membahayakan atau
bahwa akan mati. Kepercayaan ini ekstrim dan tidak dapat diubah.
4. Gangguan
psikotik bersama.
Bila seorang atau lebih banyak orang
mengembangkan system delusional sebagai akibat hubungan yang dekat dengan orang
yang delusional. Kalau dua orang disebut folie a deux. Sering terjadi tiga
orang atau lebih, atau seluruk keluarga . jadi seakan-akan orang terjangkit
karena dekat, kalau pisah yang terjangkit dapat kembali normal.
5. Perilaku
Kacau
Kewajiban umum dan dasar manusia dalam
masyarakat lingkungan kehidupan serta rumah tangga adalah bekerja untuk
mendapatkan nafkah, atau bekerja sesuai fungsinya, walaupun bukan untuk
mendapatkan uang atau materi. Kewajiban dalam rumah tangga, kehidupan sosial
dalam masyarakat yaitu bersosialisasi dan penggunaan waktu senggang.
Pada penderita psikotik fungsi pekerjaan
sering tak bisa dijalankan dengan seksama, tak mau bekerja sesuai kewajiban dan
tanggungjawab dalam keluarga, atau tak mampu bekerja sesuai dengan tingkat
pendidikan. Sering terjadi tak mau, tak mampu bekerja dan malas.
Dalam kehidupan sosial sering ada
penarikan diri dari pergaulan sosial atau penurunan kemampuan pergaulan sosial.
Misalnya setelah sakit stres berat menarik diri dari organisasi sosial
kemasyarakatan, atau sering terjadi kemunduran kemampuan dalam melaksanakan
fungsi sosial dan pekerjaannya.
Pada penggunaan waktu senggang orang
normal bisa bercengkrama dengan anggota keluarga atau masyarakat, atau membuat
program kerja rekreasi dan dapat menikmatinya. Namun pada penderita gangguan
jiwa berat keadaan tersebut dilewatkan dengan banyak melamun, malas, bahkan
kadang-kadang perawatan diri sehari-hari dilalaikan seperti makan, minum,
mandi, dan ibadah.
6. Waham
Waham adalah isi pikir (keyakinan atau
pendapat) yang salah dari seseorang. Meskipun salah tetapi individu itu percaya
betul, sulit dikoreksi oleh orang lain, isi pikir bertentangan dengan
kenyataan, dan isi pikir terkait dengan pola perilaku individu. Seorang pasien
dengan waham curiga, maka pola perilaku akan menunjukkan kecurigaan terhadap
perilaku orang lain, lebih-lebih orang yang belum dikenalnya. Bisa terjadi
kecurigaan kepada orang sekitarnya akan meracuni atau membunuh dia. Akibat
waham curiga ini pada orang yang sebelumnya bersifat emosional agresif. Ia bisa
membunuh orang karena wahamnya kalau tidak dibunuh, ia akan dibunuh. Atau ia
akan diracuni dan dibuat celaka oleh orang yang dibunuhnya.
7. Halusinasi
Halusinasi adalah sensasi panca indera
tanpa ada rangsangan. Pasien merasa melihat, mendengar, membau, ada rasa raba
dan rasa kecap meskipun tak ada sesuatu rangsang pada kelima indera tersebut.
Halusinasi dengar adalah gejala
terbanyak pada pasien psikotik (99 %). Pasien psikotik yang nalar (ego)-nya
sudah runtuh, maka halusinasi tersebut dianggap real dan tak jarang ia bereaksi
terhadap halusinasi dengar. Bila halusinasi berisi perintah untuk membunuh ia
pun akan melaksanakan pembunuhan. Ini memang banyak terjadi pada pasien
psikotik yang membunuh keluarganya sendiri. Sebaliknya halusinasi yang memerintah
untuk bunuh diri tak jarang pasien pun akan bunuh diri.
8. Illusi
Illusi adalah sensasi panca indera yang
ditafsirkan salah. Pasien melihat tali bisa ditafsirkan sebagai seekor ular.
Illusi ini sering terjadi pada panas yang tinggi dan disertai kegelisahan, dan
kadang-kadang perubahan kesadaran (delirium). Illusi juga sering terjadi pada
kasus-kasus epilepsi (khususnya epilepsi lobus temporalis), dan keadaan-keadaan
kerusakan otak permanen.
Misalnya seorang petinju di Malang
terungkap di pengadilan ia menderita epilepsi. Ia membunuh anaknya sendiri yang
masih tidur di kasur dengan parang, karena menganggap anaknya adalah seekor
kucing yang sedang tidur. Juga kasus seorang ibu yang menyiram anak balitanya
dengan air panas di Semarang beberapa waktu yang lalu, dan akhirnya si anak
meninggal dunia. Ia melihat dan merasa menyiram hewan.
9. Tilikan
Yang Buruk
Pasien psikotik merasa dirinya tidak
sakit, meskipun sudah ada bukti adanya perubahan perilaku yang jelas tidak
wajar. Pasien tak mau minum obat atau tak mau diajak berobat, atau bila ada
waham dianggap mau diracuni. Keadaan merasa tidak sakit ini yang mempersulit
pengobatan, apalagi keluarga juga mengiyakan karena merasa tak sakit ia tak mau
mencari pengobatan.
Tilikan yang buruk ini merupakan ciri
khas pasien psikotik. Di sini peran keluarga penting, kalau memang menemukan
gejala tersebut seperti waham, halusinasi dan illusi, segera berkonsultasi
kepada tenaga kesehatan jiwa.
10. Psikosis
di Masyarakat
Menurut penelitian WHO prevalensi
gangguan jiwa dalam masyarakat berkisar satu sampai tiga permil penduduk.
Misalnya Jawa Tengah dengan penduduk lebih kurang 30 juta, maka akan ada
sebanyak 30.000-90.000 penderita psikotik. Bila 10% dari penderita perlu pelayanan
perawatan psikiatrik ada 3.000-9.000 yang harus dirawat. Tetapi tidak semua
bisa dirawat karena kapasitas pelayanan perawatan psikiatrik di Jateng masih di
bawah 1.000 tempat tidur. Sisa yang tidak terawat berada dalam masyarakat dan
pasien ini seharusnya perlu pengawasan yang seksama. Pasien psikotik yang
mungkin tenang terkadang tak terduga akan menjadi agresif tanpa stressor
psikososial yang jelas.
Pada zaman pemerintahan kolonial Belanda
semua pasien psikotik (skizofrenia) dirawat di Rumah Sakit Jiwa seumur hidup
(dibuat koloni). Hal ini sekarang menjadi stigma masyarakat, bahwa RSJ identik
dengan gila. Tetapi sekarang situasi sudah berbeda, tidak semua pasien dapat
dirawat di RSJ. Mereka yang fase aktif gangguan psikotiknya dirawat, sedang yang
tenang dipulangkan namun masih dalam pengawasan dalam bentuk perawatan jalan.
Fase aktif adalah pasien-pasien yang menunjukkan perilaku yang membahayakan
diri atau membahayakan lingkungannya, dan mudah dikenali gejalanya. Pada fase
tenang pasien dapat beradaptasi dengan lingkungannya, meskipun terbatas.
Perjalanan psikiatrik tidak terbatas
pada Rumah Sakit Jiwa yang ada, tetapi di Rumah Sakit Umum pun ada pelayanan
psikiatrik yang dilakukan oleh psikiater. Yakni pelayanan integrasi dan
konsultasi psikiatri di RSU, mengingat jumlah psikiater yang ada belum memadai
sesuai kebutuhan.
C.
Ciri-Ciri
Penderita Psikosis
Ciri-ciri penderita
psikotik antara lain:
1. Penarikan
diri dari pergaulan sosial, banyak di dalam rumah, malu keluar rumah.
2. Tak
mampu bekerja sesuai dengan fungsinya. Di rumah tak mau bekerja, atau bekerja
sekedarnya saja karena diperintah, setelah itu tak mau mengerjakan tugas yang
diberikan.
3. Berpikir
aneh, dangkal, berbicara tak sesuai dengan keadaan situasi keseharian, bicara
ngelantur.
4. Dalam
pergaulan ada riwayat gejala waham atau halusinasi dan illusi.
5. Perubahan
perilaku yang nyata, misalnya tadinya ceria menjadi melamun, perilaku aneh-aneh
yang sebelumnya tidak pernah dijalani.
6. Kelihatan
menjadi murung dan merasa tak berdaya.
7. Sulit
tidur dalam beberapa hari, atau bisa tidur yang terlihat oleh keluarganya,
tetapi pasien merasa sulit atau tidak bisa tidur.
BAB
III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Psikosis
adalah penyakit kejiwaan yang parah, karena di tingkatan ini penderita tidak
lagi sadar akan dirinya. Pada penderita psikosis umumnya ditemukan ciri-ciri
sebagai berikut:
·
mengalami disorganisasi
proses pikiran
·
gangguan emosional
·
disorientasi waktu,
ruang, dan person
·
terkadang disertai juga
dengan halusinasi dan delusi.
Psikosis bisa muncul
dalam beberapa bentuk, diantaranya:
a. Schizophrenia,
penyakit jiwa yang ditandai dengan kemunduran atau kemurungan kepribadian
b. Paranoia,
gila kebesaran atau merasa lebih dari segalanya
c. Maniac
depressive psychosis, perasaan benar atau gembira yang mendadak bisa berubah sebaliknya
menjadi serba salah atau sedih.
Skizofrenia
merupakan sekelompok gangguan psikotik, dengan gangguan dasar pada kepribadian,
distorsi khas pada proses pikir. Penyakit ini timbul akibat ketidakseimbangan
pada salah satu sel kimia dalam otak. Skizofrenia adalah gangguan jiwa psikotik
paling lazim dengan ciri hilangnya perasaan afektif atau respons emosional dan
menarik diri dari hubungan antarpribadi normal. Sering kali diikuti dengan
delusi (keyakinan yang salah) dan halusinan (persepsi tanpa ada rangsang
pancaindra).
Dari
uraian tersebut di atas diketahui bahwa gejala-gejala psikotik yang diderita
pada subjek antara lain adanya bicara kacau yang dapat berupa gangguan
asosiasi, merasa curiga ada yang mengejar dan akan membunuhnya (waham) dan
adanya penarikan diri dari lingkungan sosial (social withdrawl). Sehingga dapat
disimpulkan subjek adalah seorang penderita eplepsi psikomotor dengan disertai
gejala-gejala psikotik. Gangguan ini telah dideritanya sejak kecil, sering
mengalami brown out (lebih ringan dari black out) dan sering pula mengalami
"keadaan mimpi" atau "kedaaan dini". Dalam keadaan mimpi,
pasien dapat melakukan tindakan yang merusak atau gejala-gejala aneh lainnya.
Sesudah melakukan perbuatan, pasien mengalami "amnesia sempurna".
Daftar
Pustaka
Arif
Setiadi Imam. (2006). Skizofrenia Memahami Dinamika Keluarga Pasien. Bandung:
Aditama.
Firdaus
Jimmi, Muhammad Syukri, dkk. (2005). SCHIZOPHRENIA, sebuah panduan bagi
keluarga skizofrenia. Yogyakarta: Dozz.
Kartini
kartono ,cet viii,2003. Patologi Sosial. Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada
Kartini
kartono ,cet viii,2003. Hygene Mental . Bandung :cv. Mandar Maju
psikologi.blogspot.com/2010/01/gangguan-psikotik-dan-skizofrenia.html
Tidak ada komentar:
Posting Komentar