Selamat Datang Di Website Education Update Semoga Bermamfaat

Kamis, 15 Januari 2015

IMPLIKASI SHALAT DALAM MEMBENTUK KESEHATAN MENTAL PADA INDIVIDU



IMPLIKASI SHALAT DALAM MEMBENTUK KESEHATAN MENTAL PADA INDIVIDU
Oleh
Sarito
A.    Pendahuluan
Shalat adalah suatu ibadah mahdhoh yang di wajibkan oleh Allah SWT sebagai cara untuk mencegah dari perbuatan keji dan munkar serta cara untuk mendekatkan diri kepada Allah. Karena barang siapa yang shalatnya tidak mendorong dirinya untuk mengajak kepada kebaikan dan mencegah dari kemungkaran, maka ia tidak bertambah dekat hubungannya dengan Allah melainkan malah bertambah jauh (Abu Laits As Samarqandi, 2005 : 449 )
Shalat sebagai salah satu bagian penting ibadah dalam Islam sebagaimana bangunan ibadah yang lain juga memiliki banyak keistimewaan. Ia tidak hanya memiliki hikmah spesifik dalam setiap gerakan dan rukunnya, namun secara umum  shalat juga memiliki pengaruh drastis terhadap perkembangan kepribadian seorang muslim. Tentu saja hal itu tidak serta merta dan langsung kita dapatkan dengan instan dalam pelaksanaan shalat. Manfaatnya tanpa terasa dan secara gradual akan masuk dalam diri muslim yang taat melaksanakannya. Shalat merupakan media komunikasi antara sang Khlalik dan seorang hamba. Media komunikasi ini sekaligus sebagai media untuk senantiasa mengungkapkan rasa syukur atas segala nikmat. Selain itu, shalat bisa menjadi media untuk mengungkapkan apapun yang dirasakan seorang hamba. Dalam psikologi dikenal istilah katarsis, secara sederhana berarti mencurahkan segala apa yang terpendam dalam diri, positif maupun negatif. Maka, shalat bisa menjadi media katarsis yang akan membuat seseorang menjadi tentram hatinya. Shalat yang dilakukan dengan baik, berpengaruh bagi orang yang melakukannya. Ibadah yang dilakukannya membawa ketenangan, ketentraman dan kedamaian dalam hidup manusia. Manusia yang tenang hatinya tidak akan goncang dan sedih hatinya ketika ditimpa musibah (Moh. Ardani, 2005 :119)
Dengan demikian shalat dapat membentuk kepribadian seseorang untuk menjadi lebih baik, jika kepribadian menjadi baik maka kesehatan mental seseorang itu juga baik. Oleh sebab itu seseorang yang memiliki kesehatan mental berarti orang tersebut memiliki akhlaqul karimah. dalam pembahasan ini akan dibahas mengenain sholat dan implikasi dalam membentuk kesehatan mental (akhlaqul karimah).
B.     Pengertian Shalat
Shalat menurut arti bahasa adalah “do’a” Sedangkan pengertian shalat menurut istilah banyak dikemukakan oleh para ahli diantaranya :
1.    Wahbah Azzuhaili, shalat ialah beberapa ucapan dan perbuatan tertentu yang diawali dengan takbir dan diakhiri dengan salam (Prof. Dr. Wahbah Az-Zuhaili, 2010 : 541)
2.    Menurut Sulaiman Rasyid, shalat adalah ibadah yang tersusun dari beberapa perkataan dan perbuatan yang dimulai dengan takbir dan disudahi dengan salam, serta memenuhi beberapa syarat yang di tentukan (Sulaiman Rasyid, 2005 : 53 )
3.    Tengku Muhamad Hasby Ash-Shidiqy, para fuqoha ( ahli fiqih ) telah menetapkan pengertian shalat secara istilah yaitu beberapa ucapan dan perbuatan yang dimulai dengan takbir, disudahi dengan salam, yang dengan-Nya kita beribadah kepada Allah swt. Menurut syarat yang ditentukan (Tengku Muhamad Hasby Ash-Shidiqy, 2000 : 62)
4.    Muhammad Abdul Malik Az Zaghabi, shalat adalah hubungan yang kuat antara seorang hamba dengan Tuhannya. Hubungan yang mencerminkan kehinaan hamba dan keagungan Tuhan bersifat langsung tanpa perantara dari siapapun (Muhammad Abdul Malik Az Zaghabi, 2001 : 17)
Dari beberapa pendapat di atas dapat dipahami bahwa shalat merupakan bentuk perkataan dan perbuatan yang dimulai dengan takbir dan disudahi dengan salam dengan ketentuan atau syarat-syarat tertentu. Dengan demikian dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa pengertian shalat secara bahasa maupun istilah  adalah tali hubungan yang kuat antara seorang hamba dengan Tuhannya dengan tujuan mengabdi kepada Allah swt. melaui doa yang disertai uacapan dan perbuatan dengan syarat dan rukun tertentu.
C.    Tujuan dan Faedah Shalat
Tujuan shalat sebagai sarana pendidikan budi luhur dan pri-kemanusiaan dilambangkan dalam ucapan salam sebagai penutup komunikasi dengan Allah swt. Ucapan salam adalah permohonan untuk keselamatan, kesejahteraan dan kebahagiaan orang banyak, baik yang ada di depan kita ataupun tidak dan ucapan sebagai pernyataan kemanusiaan serta solidaritas sosial. Dengan demikian shalat di awali dengan takbir sebagai pernyataan hubungan dengan  Allah swt, dan di akhiri dengan salam sebagai pernyataan hubungan dengan sesama manusia.
Allah memerintahkan shalat kepada manusia tentulah ada tujuannya. Tujuan tersebut bukanlah untuk kepentingan Allah melainkan untuk kepentingan manusia itu sendiri, ketenangan dan kebahagiaan hidup di dunia maupun kelak di akhirat (Rafiu.udin dan Almi Zainudin, 2004 : 67). Sebelum melaksanakan shalat hendaknya terlebih dahulu kita ketahui apa sebenarnya tujuannya shalat itu. Adapun tujuan shalat itu adalah:
1)   Supaya manusia menyembah hanya kepada Allah semata, tunduk dan sujud kepada-Nya.
2)   Supaya menusia selalu ingat kepada Allah yang memberikan hidup dan kehidupan. Mengingat Allah akan menghindarkan kita dari segala bentuk kemalasan dan kelesuan, serta rasa tidak tenang dan ketakutan saat melakukan kesalahan dan kelalaian dalam menjalankan kewajibanMengingat Allah akan menghapus dan menjauhkan kecemasan dan ketakutan.
3)   Supaya manusia terhindar dari melakukan perbuatan keji dan mungkar, yang akan mendatangkan kehancuran.
Shalat mempunyai faedah atau manfaat dalam keagamaan, pendidikan, individu dan masyarakat. Di antara faedah atau manfaat shalat adalah sebagai berikut :
1)   Dengan shalat dapat membangun hubungan yang baik antara manusia dengan Tuhannya.
2)   Dengan shalat seseorang akan memperoleh keamanan, kedamaian dan keselamatan.
3)   Shalat sebagai sarana mendekatkan diri (taqorrub) kepada Allah.
4)   Shalat dapat mencegah perbuatan yang keji dan munkar (Wahbah Az- Zuhaili, Op.Cit, : 546)
D.    Kesehatan Mental
Pengetahuan tentang kesehatan mental berkembang secara luas di negara-negara maju, teratama dalam beberapa tahun terakhir ini. Di beberapa negara pembahasannya telah samapai pada tingkat mencari jalan pencegahan (preventive) agar orang tidak menderita kegelisahan dan gangguan jiwa. Meskipun sering digunakan istilah kesehatan mental, namun pengertiannya masih kabur dan kurang jelas bagi orang awam.
Daradjat (1995:11) memberi definisi kesehatan mental, antara lain:
1.    Kesehatan mental adalah terhindarnya seseorang dari gejala gangguan jiwa (neurose) dan dari gejala-gejala penyakit jiwa (psychose).
2.    Kesehatan mental adalah kemampuan untuk mnyesuaikan diri dengan diri sendiri, dengan orang lain dan masyarakat serta lingkungan di mana ia hidup.
3.    Kesehatan mental adalah pengetahuan dan perbuatan yang bertujuan untuk mengembangkan dan memanfaatkan segala potensi, bakat, dan pembawaan yang ada semaksimal mungkin, sehingga membawa kepada kebahagiaan diri dan orang lain, serta terhindar dari gangguan dan penyakit jiwa.
4.    Kesehatan mental adalah terwujudnya keharmonisan yang sungguh-sungguh antara fungsi-fungsi jiwa serta mempunyai kesanggupan untuk menghadapi problem-problem yang biasa terjadi, dan merasakan secara positif kebahagiaan dan kemampuan dirinya.
Sedangkan menurut Bastaman (1995: 132) mengutip pendapat Saparinah Sadli, guru besar Fakultas Psikologi UI tentang kesehatan mental, yaitu:
1.    Orientasi klasik. Seseorang dianggap sehat bila ia tidak mempunyai keluhan tertentu, seperti; ketenangan, rasa lelah, cemas, rendah diri, atau perasan tidak berguna, yang semuanya menimbulkan perasaan "sakit" atau "rasa tidak sehat" serta mengganggu efesiensi aktivitas sehari-hari. Orientasi ini banyak dianut di lingkungan kedokteran.
2.    Orientasi penyesuaian diri. Seseorang dianggap sehat secara psikologis, bila ia mampu mengembangkan dirinya sesuai dengan tuntunan orang lain serta lingkungan sekitarnya.
3.    Orientasi pengembangan potensi. Seseorang dianggap sehat, bila ia mendapat kesempatan untuk mengembangkan potensinya menuju kedewasaan sehingga ia bisa dihargai oleh orang lain serta dirinya sendiri.
Dari pelbagai definisi di atas dapat ditarik benang merah, bahwa kesehatan mental adalah suatu kondisi yang dialami seseorang yang mana ia tidak mendapatkan gangguan atau penyakit jiwa, sehingga ia mampu menyesuaian diri dengan dirinya sendiri serta lingkungannya, serta mampu mengembangkan potensi yang dimiliki secara harmonis dan seimbang.
Adapun gangguan atau penyakit jiwa di masyarakat antara lain:
  1. Fobia, yaitu rasa takut yang tidak rasional dan tidak realistis, yang bersangkutan tahu dan sadar benar akan ketidakrasionalnya dan ketidakbenarannya, namun ia tidak mampu mencegah dan mengendalikan diri dari rasa takut itu.
  2. Obsesi, yaitu corak pikiran yang sifatnya terpaku (persistent) dan berulangkali muncul. Yang bersangkutan tahu benar akan kelaianan pikirannya itu, namun ia tidak mampu mengalihkan pikirannya pada  masalah lain dan tidak mampu mencegah munculnya pikiran itu yang selalu timbul berulang-ulang.
  3. Kompulsi, yaitu suatu pola tindakan atau perbuatan yang diuang-ulang. Yang bersangkutan tahu benar bahwa perbuatan mengulang-ulang itu tidak benar dan tidak rasional, namun yang bersangkutan tidak mampu mencegah perbuatannya sendiri (Hawari, 1995: 253).
Dalam pandangan psikologi Islam, penyakit mental yang biasa berjangkit pada diri manusia, antara lain:
  1. Riya'. Penyakit ini mengandung tipuan, sebab menyatakan sesuatu yang tidak sebenarnya, orang yang berbuat riya' mengatakan atau melakukan perbuatan yang tidak sesuai dengan hakikat yang sebenarnya.
  2. Hasad dan dengki, yaitu suatu sikap yang  melahirkan sakit hati apabila orang lain mendapat kesenangan dan kemuliaan, dan ingin agar kesenangan dan kemulian itu hilang dari orang tersebut dan beralih kepada dirinya.
  3. Rakus, yaitu keinginan yang berlebihan untuk makan.
  4. Was-was. Penyakit ini sebagai akibat dari bisikan hati, cita-cita, dan angan-angan dalam nafsunya dan kelezatan.
  5. Berbicara berlebihan. Keinginan berbicara banyak merupakan salah satu kwalitas manusia yang paling merusak. Hal ini dapat mengahantarkan kepada pembicaraan yang tidak berguna dan berbohong.
  6. Dan lain sebagainya (Langgulung, 1986: 328)
E.     Implementasi Shalat Terhadap Kesehatan Mental
Sebagimana telah kita ketahui sholat adalah salah satu bentuk ibadah yang apabila dilaksanakan sesuai dengan yang telah disyari’atkan oleh Allah serta Rasulnya, maka itu akan dapat menumbuhkan kepada sipelakunya suatu kekuatan batin yang luar biasa itu, yang sangat membantu didalam menghadapi segala kesulitan hidup serta cobaan-cobaan duniawi.
Sebagimana yang telah di contohkan oleh Rasulullah Saw sebagaimanapun besarnya masalah yang sedang kita hadapi maka tak lupa beliau melaksanakan sholat terlebih dahulu. Karena pada saat itu, seorang mu’min dapat mengungkapkan hajadnya secara langsung dan dapat pula mengadukan segala penderitaan dan kesulitan hidup yang sedang dihadapinya, bahkan dapat juga mengetuk pintu rahmatnya.
Di dalam sholat seseorang mukmin dapat merasakan ketenangan serta ketentraman hidup dialam dunia. Karena sesungguhnya ia memulai sholatnya dengan mengucapkan '"Allahu Akbar". dimana ia telah menyadari sepenuhnya bahwa Allah itu Maha Besar kemudian ia membaca surat Al-Fatihah, ia jumpai didalamnya sesuatu kesegaran batin yang dapat mendambakan nikmat Allah ialah disaat mengucapkan Al hamdu lillaahi rabbil 'aalamin Arrahmaanir Rahiim". Lalu menjumpai sesuatu kesegaran batin didalam mendambakan keagungan dan keadilan Allah disaat mengucapkan "Maaliki yaumiddin". Demikian pula akan menjumpainya kembali, perasaan adanya hubungan dengan Allah dan mendambakan pertolongan-Nya, disaat mengucapkan "lyyaaka na'budu waiyyaaka nasta'iin". Akhimya, ia akan menjumpai perasaan yang penuh keyakinan akan adanya bimbingan ke jalan yang lurus dan dijauhkannya dari jalan yang sesat serta jalan yang dimurkainya, yaitu disaat mengucapkan "Ihdinash shiraathal mustaqiim. Shiraathal ladziina an'amta "alaihim ghairil maghdhuubi 'alaihim vvaladhdhaalliin" (Wahbah Az- Zuhaili, Op.Cit, : 345)
Jadi, tidak mengherankan lagi jika sholat itu memberikan suatu ketenangan, kedamaian hidup dan kekuatan batin yang sangat luar biasa, bagi orang yang mengerjakannya. Lebih jauh lagi bahwa Rasulullah Saw telah menjelaskan tentang puncaj dari pengaruh kejiwaan yang dicapai lewat sholat. wudhu dan dzikrullah. Yaitu betapa segar dan semangatnya seorang mukmin yang mengerjakan sholat, didalam menghadapi kesehariannya setiap pagi.
Dr. Kariel. salah satu dokter ahli fisik dan biologi yang sangat masyhur, yang menjelaskan didalam pembahasan tentang kekuatan kejiwaan yang diperoleh dari seorang mukmin lewat sholatnya, yaitu: "Barangkali sholat itulah kekuatan yang paling besar didalam melahirkan semangat daya, yang aku ketahui sampai saat ini. Aku telah menjumpai sendiri sejumlah dokter yang gagal didalam pengobatan pasiennya. Lalu ketika ilmu kedokteran ternyata angkat tangan, lumpuh dan menyerah, dimasukkannya sholat sebagai suatu upaya, dan ternyata dapat menyembuhkan pasien dari penyakit yang telah dideritanya. Sesungguhnya sholat, bagaikan unsur "Radium", sumber dari sinar dan melahirkan zat yang membangkitkan daya semangat. Dan dengan sholat, manusia dapat berupaya menambah daya semangatnya yang terbatas itu, yaitu disaat mereka berdialog dengan yang Maha Kuat, yang tidak akan pernah sirna daya semangatnya (Rafiu.udin dan Almi Zainudin, 2004 : 103).
Memang, kita menghubungkan jiwa kita disaat mengerjakan sholat dengan kekuatan yang Maha Besar, yang menguasai alam semesta ini. Kita mohon kepadanya. dengan penuh pengharapan agar berkenan memberi sedikit kekuatan darinya, memohon pertolongan kepada-Nya didalam menghadapi hidup ini. Bahkan sesungguhnya sikap penuh harap kepadanya itu sendiri sudah cukup memberikan tambahan kekuatan serta daya semangat.
F.     Kesimpulan
Sholat dengan kesehatan mental pada diri seseorang sangatlah erat kaitannya, dengan mengerjakan sholat selain kita dapat semakin mendekatkan diri kepada Allah Swt. juga sebagai daya penunjang bagi kesuburan mental setiap orang mukmin. la akan menguatkan mental seorang mukmin untuk senantiasa mengerjakan kebajikan dan memnggalkan atau menjauhi segala kejahatan dan kemungkaran, memerangi kelesuan disaat menghadapi penderitaan dan kesulitan hidup serta kenikmatan Sholat akan menanamkan dalam jiwa. kesadaran adanya kontrol Ilahi. Memelihara aturannya, menjaga kedisiplinan waktu, takut akan ancaman dan siksaannya dan sanggup mengalahkan sikap-sikap kemalasan. memperturutkan hawa nafsu dan segala sifat kelemahan manusiawi lainnya.


Daftar Pustaka

Moh. Ardani, 2005, Akhlak Tasawuf, Jakarta: CV Karya Mustika,
A.Qodri A.Azizy MA, 2003 Pendidikan Agama Untuk Membangun Etika Sosial, Semarang: Aneka Ilmu
Abu Laits As Samarqandi, 2005 Terjemah Tanbihul Ghafilin, Semarang: PT. Karya Toha Putra
Prof. Dr. Wahbah Az-Zuhaili, 2010, Fiqih Islam Waadillatuhu, Jakarta: Gema Insani
Sulaiman Rasyid, 2005, Fiqih Islam cet. ke-8 ,Yogyakarta: Sinar Baru Albesindo
Tengku Muhamad Hasby Ash-Shidiqy, 2000, Pedoman Shalat, Semarang: PT. Pustaka Riski
Muhammad Abdul Malik Az Zaghabi, 2001, Malang Nian Orang Yang Tidak Shalat, Jakarta: Pustaka Al Kautsar
Langgulung, Hasan, 1986, Teori-Teori Kesehatan Mental, Jakarta: Pustaka al-Husna
Rafiu.udin dan Almi Zainudin, 2004, Terapi Kesehatan Jiwa Melalui Ibadah Shalat, Jakarta: Restu Ilahi
Wahbah Az- Zuhaili, Op.Cit,
Hawari, Dadang, 1995, Al-Qur'an Ilmu Kedokteran Jiwa dan Kesehatan Jiwa, Yogyakarta: Bina Bhakti Prima Yasa


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Featured Post

KARENA WANITA INGIN MEMILIH

Sepanjang sejarah sebelum datangnya islam perempuan kerap kali mengalami penderitaan. mereka diperjual belikan layaknya hewan dan barang. me...